Rabu, 22 Januari 2020

Suka duka kuliah di perantauan

Semenjak SMA dulu ekspektasi saya terhadap pemuda yang merantau itu keren sekali.
Makanya dulu semenjak SMA aku pengen sekali bisa kuliah diluar kota Meulaboh.

Dan akhirnya setelah proses yang begitu panjang Alhamdulillah kesampaian juga kuliah di luar kota tepatnya di UNSYIAH.

Dan jujur aja alasan kedua kenapa saya pengen sekali kuliah di Unsyiah selain penasaran dengan metode perkuliahan disini dan bagaimana lapisan ruang lingkup kampusnya, saya juga pengen sekali ngerasain gimana rasanya hidup seorang diri jauh dari orang tua.

Saya bisa dibilang tipikal orang yang manja, ya gimana tidak, baju aja masih mama yang nyuci, makan disiapin, bahkan sesekali kamar pun mama yang beresin hmmmm memang manja, Namun dibalik kebiasaan manja saya, saya juga mau ngerubah kebiasaan manja saya itu, siapa sih yang gak mau mandiri ya kan.

Makanya tekad saya untuk kuliah jauh dari orang tua sangat dalam.  Saya pengen ngubah karakter manja saya ini.
Gak cuma sifat manja, sifat terparah saya yang lain itu gak disiplin dan gak bisa ngurus diri sendiri.

Oke sekarang ceritanya lanjut pas pertama kali sampai ke tanah rantau Banda Aceh dulu, rasanya excited sekali. Pernah gak sih kalian ngerasain sifat menggebu-gebu ketika pengen ngubah karakter kalian sampai nyari quotes dan kata bijak motivasi dari internet dan buku supaya semangat buat terus memperbaiki diri.
Eh tau-tau nya ngubah karakter yang udah mendarah daging dari ujung rambut sampai ujung kaki itu gak gampang. Ada aja beloknya kaya jalanan.
Padahal niat di awal udah bagus, eeeh pas capek dikit udah ngeluh, yang biasanya apa apa dikerjain sama mama eh sekarang malah ngerjain sendiri, yakali capek pulang kuliah harus ngelakuin ini itu, mending tidur deh.

Terkadang nih orang pikir hal kaya gini sepele sekali. Tapi kalo tiap hari gini ya kadang bikin rindu rumah tiba-tiba atau bahasa gaulnya sih home sick.

Hal lain yang sayapelajari selain mandiri dan disiplin adalah memanajemen keuangan, yang mana aku adalah tipikal orang yang boros liat ini pengen liat itu pengen beli (tapi juga sadar akan isi dompet). Dan sekarang pas ngerantau saya jadi lebih bijak lagi dalam mengatur keuangan, ya walaupun ga semudah membalikkan telapak tangan, apalagi disini godaan nya semakin hari semakin banyak godaannya, hidup disini itu terkadang pengeluaran lebih banyak pengeluaran tambahan, bahkan uang yang seharusnya cukup buat sebulan eh di pertengahan bulan udah abis.
Eitssss itu dulu, sekarang saya sudah bisa lebih menahan diri dan pikir panjang kalau beli sesuatu.

Tapi poin pentingnya adalah ketika saya disini jauh dari orang tua, saya lebih bisa merasakan jerih payah mereka supaya saya bisa terus kuliah disini. Orang tua saya bukan dari kalangan ekonomi atas, kami hanya dari kalangan ekonomi menengah, kalau pengen sesuatu gak bisa langsung dipenuhi, kadang harus nunggu beberapa lama bahkan sampai lupa kalo saya pernah minta itu karna sangking lamanya.

Tapi syukurlah orang tua positif sekali ketika saya bilang saya lulus di Unsyiah, mereka malah bersyukur dan mendukung sekali, dan mereka mengusahakan segala cara agar aku bisa survive disini.

Dan Alhamdulillah kedua Abang saya sudah mandiri dalam mencari nafkah untuk dirinya sendiri, jadi tanggungan orang tua tidak terlalu berat, meskipun begitu saya juga sering berpikir untuk kerja sembari saya kuliah agar menutupi sedikit pengeluaran orang tua untuk saya.

Dan hal lain lagi adalah orang tua sering sekali nutupin masalah keluarga agar saya gak kepikiran disini. Contohnya pas ayah saya dirawat di rumah sakit, gak ada yang memberitahu saya karna mereka gamau saya banyak pikiran.
Siapa sih yang ga sedih kalo tau orang tuanya sakit?

Yang saya sadari sekali adalah setiap mereka yang merantau gak pernah berharap dapat kabar buruk apapun dari kampung halaman terutama keluarga.

Emang sedikit demi sedikit saya belajar banyak hal baru, saya dipaksa harus memiliki mental baja dan harus belajar mengambil keputusan tanpa campur tangan orang lain, bukan hanya itu, saya juga harus belajar memahami karakter semua orang dan bisa survive  dalam perbedaan.

Lingkungan asal dan kampus saya sangat lah beragam, mulai dari bahasa Aceh yang berbeda hmmm Aceh memang kaya akan bahasa, dan juga keyakinan yang berbeda, untuk masalah bahasa untung saya masih bisa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu, dan untuk masalah keyakinan saya hanya berpegang teguh pada keyakinan yang sudah saya percayai sejak dulu.

Tidak mudah bergaul dengan orang baru yang latar belakangnya berbeda, terkadang saya gak bisa mempertahankan prinsip saya dan akhirnya saya terbawa arus, lalu saya sadar saya gak boleh terus-terusan seperti ini , aku ngerantau kesini bukan untuk menjadi lebih buruk lagi. Seharusnya apa yang benar bisa aku pertahankan dan yang buruk bisa aku ubah secara perlahan menjadi baik.

Ini tantangan terbesar saya, apalagi saya tipikal orang yang mudah terpengaruh dengan lingkungan, makanya saya pilih-pilih dalam bergaul, karna kalo lingkungan nya positif maka saya berpotensi lebih baik lagi begitu juga sebaliknya.

Kadang kita harus keluar dari zona nyaman agar kita bisa naik satu level lebih baik, salah-salah eh malah turun level. Tapi komitmen adalah jual yang paling utama untuk merubah sesuatu, Perlahan-lahan manajemen saya menjadi lebih baik. Saya bisa lebih mengatur waktu, keuangan, fokus mengembangkan diri, dan melihat sesuatu dari segala sisi.
Sangat banyak sekali pembelajaran yang saya pelajari yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu.

Oke cukup sekian ya hehe capek ngetik :)
Semoga cerita ini bisa menginspirasi kalian...
Ingat jangan pernah takut hidup di lingkungan yang berbeda, karna disitulah peluang kamu tumbuh lebih besar.
Selamat berjuang.

Oiya jika ada pertanyaan, keluhan,kritik,saran, curhat, atau apapun itu silahkan DM aku di Instagram @riidhagunawan

Okey terimakasih.......
Jangan lupa share.....

Selasa, 21 Januari 2020

awal kuliah adalah proses pendewasaan diri


Tidak semua lulusan Sekolah menengah atas  dapat merasakan pendidikan di bangku kuliah, alasannya? Berbagai faktor mulai faktor kemauan dan faktor kemampuan.
Beruntunglah kamu yang masih bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karna  kamu  masih diberikan kesempatan untuk memperluas ilmu pengetahuan. Tak peduli di kampus mana kamu kuliah, jurusan apa kamu kuliah, dan tak peduli sama siapa kamu akan kuliah.

Karna bagiku dapat mengenyam bangku perkuliahan saja sudah bersyukur dan bangga. Dikampus mana dan dengan siapa aku kuliah Allah yang akan mengatur. Karena yakinlah Allah pasti akan memberikan yang terbaik yang terpenting adalah aku telah berusaha
memang Suatu kesenangan tersendiri bagi seseorang apabila dapat merasakan manisnya berkuliah di kampus idaman apalagi sesuai jurusan yang sudah kita impikan sebelumnya rasanya yang pasti bangga orang tuapun senang  dan ketika ditanya teman, dan orang disekeliling setidaknya anda dapat membusungkan dada sembari menghirup nafas dan menyebutkan dengan lantang "aku kuliah di kampus ini "
Tapi tidak semuanya dapat merasakan kesenangan itu. Ada juga calon mahasiswa yang merasakan bahwa ekspektasi dan realita bertolak belakang. Ya..harapan dan kenyataan sangat jauh berbeda  Mereka menjadi liar sehingga menyalahkan ini, itu. tapi aku harap tidak sampai menyalahkan Allah. tapi sudahlah, jika sudah terjadi yang terbaik yang bisa dilakukan adalah jangan putus asa dan mulailah berbenah. Dan alangkah lebih baiknya kamu  juga memiliki rencana cadangan agar kamu dapat mempermudah tujuan dan cita-cita kamu apapun itu tanpa terkecuali.

memang berat di usia seperti itu calon mahasiswa sudah dihadapkan oleh pilihan hidup yang akan menentukan masa depan mereka sehingga tak jarang ada mahasiswa baru yang stres dan merasa salah jurusan, salah kampus atau salah inilah, salah itulah tapi disisi lain inilah proses pendewasaan diri sadar atau tidak karena kamu ibaratnya di latih akan keputusan yang telah diambil dilatih untuk bertanggung jawab dan dilatih untuk konsisten
ini adalah konsekuensi yang harus kamu hadapi.

mungkin itu hanya pikiran negatif  Cobalah jalani kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi kedepannya kalau kita sudah menyerah sekarang semua itu adalah pengalaman yang dirasakan oleh mahasiswa baru.

Ada yang berkata  "ah aku tidak cocok dengan mereka" (sambil memberikan tatapan sinis) ada juga yang mengatakan "kok aku bisa di jurusan ini ya..?" (sambil menyandarkan tangan di pipi dengan wajah yang cemberut) jangan salah ini masih semester awal jangan sedih dulu. 
lalu yang harus dilakukan apa? Bangun relasi...!!! Kenapa bangun relasi?
Karena semester awal adalah masa transisi dimana kita harus mengupgrade sikap, karakter, kreatifitas, hubungan, tutur kata lebih baik lagi kamu Dapat menghilangkan pikiran-pikiran negatif kamu ketika kamu sudah mengupgrade nya dengan baik
Cobalah untuk berkenalan dan membangun relasi dengan teman seangkatan atau dengan Kakak senior atau bergabung dengan UKM yang ada di kampus yang sesuai minat kamu kalau diawal kamu larut dalam kesedihan otomatis perkuliahan tidak akan berjalan dengan baik jika dari awal kamu berfikiran "aku mau kuliah bukan mau bersedih" atau "aku udah jauh jauh dari kampung buat kuliah", atau "ah bodo amat sama mereka yang penting aku kuliah" yakinlah kamu sedang dalam perjalanan menuju impian kamu.

Memang kuliah bukanlah segala-galanya,bukan penjamin kesuksesan kamu,tapi yakinlah bahwa kuliah adalah jembatan terbaik untuk masa depan kamu.

.